Tantangan ekonomi negara-negara Asia Tenggara tanpa garis pantai menjadi perbincangan yang hangat di kalangan para ahli ekonomi dan pengamat geopolitik. Dalam beberapa dekade terakhir, negara-negara di kawasan ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun masalah terkait dengan eksploitasi sumber daya alam, keberlanjutan lingkungan, dan ketimpangan sosial masih menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Menurut Prof. Dr. Haryo Aswicahyono, seorang pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, “Tantangan ekonomi negara Asia Tenggara tanpa garis pantai membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Sumber daya alam yang melimpah di wilayah ini harus dikelola dengan bijaksana agar dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat lokal dan generasi mendatang.”
Salah satu negara yang terkena dampak langsung dari tantangan ini adalah Indonesia, yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor kelautan dan perikanan menyumbang sekitar 7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Namun, eksploitasi yang berlebihan dan praktik ilegal di sektor ini telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi yang signifikan.
Dalam sebuah wawancara dengan Kompas.com, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan, “Kita harus mampu mengelola sumber daya kelautan dengan baik agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi negara dan masyarakat. Tantangan ekonomi negara Asia Tenggara tanpa garis pantai membutuhkan kerjasama antar negara dan lembaga internasional untuk mencapai tujuan bersama.”
Para ahli juga menyoroti pentingnya pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ekonomi negara Asia Tenggara tanpa garis pantai. Dengan memanfaatkan potensi alam yang unik dan kearifan lokal, negara-negara di kawasan ini dapat meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata tanpa merusak lingkungan.
Dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), Dr. Narumon Arunotai, seorang pakar pariwisata dari Thailand, menyebutkan, “Pariwisata berkelanjutan dapat menjadi salah satu pilar penting dalam pembangunan ekonomi negara-negara Asia Tenggara tanpa garis pantai. Dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan budaya, pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal.”
Dengan kesadaran akan pentingnya menjaga sumber daya alam dan lingkungan hidup, negara-negara Asia Tenggara tanpa garis pantai diharapkan dapat menghadapi tantangan ekonomi dengan lebih baik dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Kerjasama antar negara dan lembaga internasional juga dianggap penting dalam mengatasi masalah ini secara holistik dan berkelanjutan.